Teori
terjadinya alam semesta
Nara
sumber:www.kompasiana.com/gusrus
Secara
ilmiah terdapat beberapa argumentasi yang berbeda diantara para ahli astronomi.
Setidaknya ada tiga pendapat mengenai penciptaan semesta ini :
1. Kelompok pertama berpendapat bahwa alam semesta
ini sudah ada sejak dahulu kala. Tidak memiliki permulaan dan tidak memiliki
akhir. Selamanya alam semesta akan tetap ada. Teori ini disebut closed
universe. Alam semesta ini katanya memiliki mekanisme tertutup, yang saling
meniadakan dan mengisi secara sendirinya. Dikatakan dalam teori itu bahwa
jumlah energi di alam ini sama dengan nol. Sehingga alam ini berada dalam
keseimbangan selama miliaran tahun. Dan selamanya akan terus begitu.
2. Kelompok kedua berpendapat bahwa alam semesta
bersifat terbuka alias Open Universe. Mereka mengatakan bahwa alam semesta
ini mengarah kepada kehancuran. Mereka mengatakan bahwa dulu alam semesta dalam
keadaan tertata rapi, namun terjadi perusakan dan penghancuran dimana-mana.
Maka suatu ketika alam semesta akan hancur. Mereka menunjukkan bukti yang
mengarah ke kondisi demikian. Misalnya manusia dilahirkan dengan kesempurnaan
seorang bayi. Seiring dengan waktu maka sang bayi akan menjadi dewasa lalu
mengalami penuaan dan menuju kematian. Contoh lain, makanan yang dibiarkan
beberapa hari akan eusak dan membusuk dengan sendirinya.
3.Kelompok ketiga berpendapat bahwa alam semesta ini
tidak pernah ada . kemudian terjadilah proses penciptaan. Lalu berkembang dan
suatu ketika akan lenyap kembali. Nah ini adalah teori yang kita kenal sebagai Bigbang
Theory (ledakan besar). Dan semakin lama kelompok ini mendapatkan dukungan
dari berbagai kalangan ilmuwan dengan menunjukkan bukti-bukti yang kuat.
Pengajuan teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa alam semesta ini sedang
mengembang. (Sebagai catatan: teleskop Hubble diluncurkan NASA pada 1990.
Setahun kemudian 1991 menyusul teleskop Compton yang lebih canggih. Dan pada
tahun 2003 NASA meluncurkan teleskop spitzer). Dari data teleskop
tersebut mencatat bahwa ternyata semua benda langit sedang bergerak saling
menjauh
Alam semesta
Nara sumber:Diposkan oleh Rosmana A.P.
Alam
semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun
tahu kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi,
dari beberapa penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai
teori penciptaan alam semesta. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori
alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki
permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada sejak dahulu kala dan
tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis yang tidak
percaya tentang penciptaan.
Kemudian,
pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu
teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan.
Pada teori ini, dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan
besar yang disebut Big Bang. Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam
semesta yang tetap. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk olah
suatu ledakan besar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan
pada alam semesta. Banyak orang yang menganut paham materialis yang tidak
percaya dan menyanggah teori ini.
Akan
tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan
membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari
ledakan tersebut. Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut
masih ada meskipun proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah
berlangsung selama 15 miliar tahun. Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat
ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big Bang pun diterima oleh
berbagai kalangan di seluruh dunia.
Teori
terbentuknya alam semesta
Sumber:
www.oaseislam.compernyataan
Persoalan
mengenai bagaimana alam semesta yang tiada cacat ini mula-mula terbentuk,
kemana tujuannya, dan bagaimana cara kerja hukum-hukum yang menjaga keteraturan
dan keseimbangan, sejak dulu merupakan topik yang menarik.
Pendapat
kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hingga awal abad ke-20
menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak memiliki
awal, dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut
“model alam semestayang statis”, alam semesta tidak memiliki awal dan akhir.
Dengan
memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal adanya Sang
Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan materi yang
konstan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif seperti model
alam semesta yang statis. Saat ini, pada awal abad ke-21, melalui sejumlah
besar percobaan, pengamatan, dan perhitungan, fisika modern telah mencapai
kesimpulan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan dan dimulai oleh suatu
Dentuman Besar.
Selain
itu, berlawanan dengan pendapat kaum materialis, kesimpulan ini menyatakan
bahwa alam semesta tidaklah stabil atau konstan, tetapi senantiasa bergerak,
berubah, dan memuai. Saat ini, fakta-fakta tersebut telah diakui oleh dunia
ilmu pengetahuan. Sekarang, marilah kita lihat bagaimana fakta-fakta yang
sangat penting ini dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.
Pemuaian
Alam Semesta
Pada
tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang astronom
Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting dalam sejarah
astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop raksasa, dia
menemukan bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang bergeser ke ujung merah
spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat lebih jelas
jikabintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum fisika yang diakui, spektrum sinar cahaya yang
bergerak mendekati titik pengamatan akan cenderung ungu, sementara sinar cahaya
yang bergerak menjauhititik pengamatan akan cenderung merah. Pengamatan Hubble
menunjukkan bahwa cahaya dari bintang-bintang cenderung ke arah warna merah.
Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut senantiasa bergerak menjauhi kita.
Tidak
lama sesudah itu, Hubble membuat temuan penting lainnya: Bintang dan galaksi
bukan hanya bergerak menjauhi kita, tetapi juga saling menjauhi. Satu-satunya
kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua isinya bergerak
saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa memuai.
Sebenarnya
fakta ini sudah pernah ditemukan secara teoritis. Albert Einstein, salah
seorang ilmuwan termasyhur abad ke-20, ketika mengerjakan Teori Ralativitas
Umum, pada mulanya menyimpulkan bahwa persamaan yang dibuatnya menunjukkan
bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Namun, dia mengubah persamaan tersebut
dengan menambahkan sebuah “konstanta” untuk menghasilkan model alam semesta
yang statis, karena hal ini merupakan ide yang dominan saat itu. Di kemudian
hari Einstein menyebut perbuatannya itu sebagai “kesalahan terbesar dalam
kariernya”.
Jadi,
apakah pentingnya fakta pemuaian alam semesta ini terhadap keberadaan alam
semesta?
Pemuaian
alam semesta secara tidak langsung menyatakan bahwa alam semesta bermula dari
satu titik tunggal yang padu. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa “satu titik
tunggal” yang mengandung semua materi alam semesta ini pastilah memiliki
“volume nol” dan “kepadatan tak terbatas (padu)”. Alam semesta tercipta akibat
meledaknya titik tunggal yang memiliki “volume nol” tersebut. Ledakan hebat
yang menandakan awal terbentuknya alam semesta ini dinamakan Dentuman Besar
(Big Bang), dan teori ini dinamai mengikutinama ledakan tersebut.
Harus
dikatakan di sini bahwa “volume nol” adalah istilah teoritis yang bertujuan
deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefinisikan konsep “ketiadaan”,
yang melampaui batas pemahaman manusia, dengan menyatakan titik tunggal
tersebut sebagai “titik yang memiliki volume nol”. Sebenarnya, “titik yang
tidak memiliki volume” ini berarti “ketiadaan”. Alam semesta muncul dari
ketiadaan. Dengan kata lain, alam semesta telah diciptakan.
Fakta
ini, yang baru ditemukan oleh fisika modern pada akhir abad ini, telah
diberitakan Al-Qur’an empat belas abad yang lalu: Dia Pencipta langit dan bumi.
(QS. Al-An’aam, 6:101)
Jika
kita membandingkan kesamaan yang sangat jelas. Namun, teori ini baru
diperkenalkan sebagai teori ilmiah pada abad ke-20.
Pemuaian
alam semesta merupakan salah satu bukti terpenting bahwa alam semesta
diciptakan dari ketiadaan. Meskipun fakta di atasbaru ditemukan pada abad
ke-20, Allah telah memberitahukan kenyataan ini kepada kita dalam Al-Qur’an:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya. (QS. Adz-Dzaariyaat, 51:47)
Pada
tahun 1948, George Gamov mengemukakan gagasan lain mengenai teori Dentuman
Besar. Dia menyatakan bahwa setelah terbentuknyaalam semesta dari ledakan
hebat, di alam semesta seharusnya terdapat surplus radiasi, yang tersisa dari
ledakan tersebut. Lebihdari itu, radiasi ini seharusnya tersebar merata di
seluruh alam semesta.
Bukti
“yang seharusnya ada” ini segera ditemukan. Pada tahun 1965, dua orang peneliti
bernama Arno Penzias dan Robert Wilson, menemukan gelombang ini secara
kebetulan. Radiasi yang disebut “radiasi latar belakang” ini tampaknya tidak
memancar dari sumber tertentu, tetapi meliputi seluruh ruang angkasa. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa gelombang panas yang memancar secara seragam
dari segala arah di angkasa ini merupakan sisa dari tahapan awal Dentuman
Besar. Penzias dan Wilson dianugerahi Hadiah Nobel untuk temuan ini.
Pada
tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke
angkasa untuk melakukan penelitian mengenai radiasi latar belakang. Pemindai
sensitif pada satelit hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk menegaskan
perhitungan Penzias danWilson. COBE telah menemukan sisa-sisa ledakan hebat
yang mengawali terbentuknya alam semesta.
Bukti
penting lain berkenaan dengan Dentuman Besar adalah jumlah hidrogen dan helium
di ruang angkasa. Pada perhitungan terbaru,diketahui bahwa konsentrasi
hidrogen-helium di alam semesta sesuai dengan perhitungan teoritis konsentrasi
hidrogen-helium yangtersisa dari Dentuman Besar. Jika alam semesta tidak
memiliki awal dan jika alam semesta ada sejak adanya keabadian (waktu yangtak
hingga), seharusnya hidrogen terpakai seluruhnya dan diubah menjadi helium.
Semua
bukti kuat ini memaksa komunitas ilmiah untuk menerima teori Dentuman Besar.
Model ini merupakan titik terakhir yang dicapai oleh para ahli kosmologi
berkaitan dengan awal mula dan pembentukan alam semesta.
Prof.
George Abel dari University of California mengatakan bahwa sekarang telah ada
bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta bermula miliaran tahun yang lalu,
yang diawali dengan Dentuman Besar. Dia mengakui bahwa dia tidak memiliki
pilihan lain kecuali menerima teori Dentuman Besar.
Dengan
kemenangan teori Dentuman Besar, konsep “zat kekal” yang merupakan dasar
filosofi materialis dibuang ke tumpukan sampah sejarah. Jadi, apakah yang ada
sebelum Dentuman Besar, dan kekuatan apakah yang menjadikan alam semesta ini
“ada” melalui sebuah ledakan besar, jika sebelumnya alam semesta ini “tiada”?
Pertanyaan ini jelas menyiratkan, dalam kata-kata Arthur Eddington, adanya
fakta “yang tidak menguntungkan secara filosofis” (tidak menguntungkan bagi
materialis), yaitu adanya Sang Pencipta.
Banyak
ilmuwan, yang tidak secara buta terkondisikan menjadi ateis, telah mengakui
keberadaan Yang Maha Pencipta dalam penciptaan alam semesta. Sang Pencipta
pastilah Dia yang menciptakan zat dan ruang/waktu, tetapi Dia tidak bergantung
pada ciptaan-Nya. Seorang ahli astrofisika terkenal Hugh Ross mengatakan:
Jika
waktu memiliki awal yang bersamaan dengan alam semesta, seperti yang dikatakan
teorema ruang, maka penyebab alam semesta pastilah suatu wujud yang bekerja
dalam dimensi waktu yang benar-benar independen dari, dan telah ada sebelum,
dimensi waktu kosmos. Kesimpulan ini sangat penting bagi pemahaman kita tentang
siapakah Tuhan, dan siapa atau apakah yang bukan Tuhan. Hal ini mengajarkan
bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak berada di
dalamnya.
Zat
dan ruang/waktu diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, yaitu Dia yang terlepas
dari gagasan tersebut. Sang Pencipta adalah Allah, Dia adalah Raja di surga dan
di bumi.
“Dan
apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman? (QS. Al-Anbiyaa’: 30)
“Dia
Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai
isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tiada
Tuhan selain Dia;Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah
Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai dengan penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi
Maha Mengetahui. Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang
terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu); maka (manfaatnya) bagi
dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka
kemudharatannya kembali kepadanya.” (QS. Al-An’aam, 6:101-104)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar