Senin, 30 Juni 2014

Analisis Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk.

    A.  Pengertian Laporan Keuangan Menurut Para Ahli          
Menurut Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan (2002:63), Laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti  industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan.
Laporan Keuangan menurut Soemarso (2006:430), adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyain makna atau dapat menjelaskan arah perubahan atau trend suatu fenomena
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah “laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya”. (IAI, 202 : par 47)

B.     Tujuan Laporan keuangan
            Tujuan laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Dalam standar akuntansi keuangan (SAK) tujuan laporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.




PERHITUNGAN ANALISIS RASIO KEUANGAN

1.        Rasio Likuiditas
Adalah  menunjukkan  kemampuan suatu  perusahaan  untuk  memenuhi kewajiban  keuangannya  yang  harus segera  dipenuhi, atau  kemampuan   perusahaan  untuk memenuhi  kewajiban  keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal 31).
Rasio  likuiditas  terdiri dari :
a.    Current Ratio
Current  Ratio adalah perbandingan  antara  aktiva lancar  dan utang  lancar.
Rumus  : Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar)
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk:
Diketahui :
1.      Aktiva Lancar :
Tahun 2012 Rp. 322.710.371.097
Tahun 2011 Rp. 257.910.035.897
Tahun 2010 Rp. 427.231.902.296
2.      Hutang Lancar :
Tahun 2012 Rp. 280.222.121.988
Tahun 2011 Rp. 286.153.567.719
Tahun 2010 Rp. 373.013.740.745
Jawaban :
-          Current ratio tahun 2012  = (Rp 322.710.371.097 / Rp 280.222.121.988)
 = 1,152
-          Current ratio tahun 2011   =  (Rp 257.910.035.897 / Rp 286.153.567.719)
= 0,901
-          Current ratio tahun 2010   =  (Rp 427.231.902.296 / Rp 373.013.740.745)
                                          =  1,145

Analisis : perbandingan ratio lancar diatas menunjukan bahwa pada tahun 2010 sebesar 1,145, tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,901 dan pada tahun 2012 menunjukan peningkatan sebesar 1,152. Dengan adanya kenaikan pada tahun 2012 ratio lancar tersebut adalah aktiva yang paling likuid karena pada tahun 2012 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan aktiva lancar yang dapat segera diuangkan. Pada cash ratio tidak terdapat standar likuiditas sehingga penilaiannya tergantung pada kebijakan manajemen.

b.      Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Quick ratio  merupakan rasio  antara   aktiva  lancar  sesudah dikurangi  persediaan  dengan  hutang lancar. Rasio ini  menunjukkan  besarnya  alat  likuid   yang paling cepat   bisa  digunakan  untuk melunasi  hutang lancar.  Persediaan  dianggap aktiva   lancar  yang paling   tidak lancar, sebab  untuk menjadi    uang tunai  (kas)  memerlukan  dua  langkah  yakni   menjadi piutang  terlebih dulu  sebelum menjadi kas.
Rumus : Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang lancar))
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui :
1.      Aktiva Lancar :
Tahun 2012 Rp. 322.710.371.097
Tahun 2011 Rp. 257.910.035.897
Tahun 2010 Rp. 427.231.902.296
2.      Persediaan :
Tahun 2012 Rp. 106.518.640.539
Tahun 2011 Rp. 109.667.686.957
Tahun 2010 Rp. 247.195.696.951
3.      Hutang Lancar :
Tahun 2012 Rp. 280.222.121.988
Tahun 2011 Rp. 286.153.567.719
Tahun 2010 Rp. 373.013.740.745
Jawaban :
-          Quick ratio tahun 2012
= (Rp 322.710.371.097 – Rp 106.518.640.539 / Rp 280.222.121.988) = 0,772
-          Quick ratio tahun 2011
=  (Rp 257.910.035.897 – Rp 109.667.686.957 / Rp 286.153.567.719) = 0,518
-          Quickt ratio tahun 2010  
=  (Rp 427.231.902.296 – Rp 247.195.696.951 / Rp 373.013.740.745)=  0,483

Analisis : kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa mengendalikan persediaan. Untuk 2010 sebesar 0,483, 2011 sebesar 0,518, 2012 sebesar 0,772. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan setiap tahunnya dapat melunasi hutangnya dengan cepat. Karena pada rasio ini perusahaan menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar.

c.       Rasio Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
RUMUS: Perputaran Piutang = (Penjualan / piutang usaha)
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui :
1.      Penjualan :
Tahun 2012 Rp. 879.844.583.283
Tahun 2011 Rp. 702.359.673.025
2.      Piutang usaha
Tahun 2012 Rp. 195.278.877.285
Tahun 2011 Rp. 124.065.944.650
Jawaban :
-          Perputaran piutang 2012 = (879.844.583.283 / 195.278.877.285)
                                                      = 4,51 kali
-          Perputaran piutang 2011 = (702.359.673.025 / 124.065.944.650)
                                                      = 5,66 kali
Analisis : Pada analisis ini tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang dimana tingkat perputaran piutang menggambarkan beberapa kali modal tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Diperusahaan ini perputaran piutang menurun pada tahun 2012 sebesar 4,51 kali dan pada tahun 2011 sebesar 5,66 kali yang artinya pada tahun 2012 perusahaan tidak dapat menggunakan modalmya secara efisien.

2.    Ratio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan (Bambang Riyanto, 1995, hal 32). Suatu  perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable belum tentu likuid.
Dalam  hubungan antara  likuiditas  dan solvabilitas  ada empat   kemungkinan  yang dapat   dialami  oleh perusahaan yaitu :
·         Perusahaan yang likuid  tetapi insolvable
·         Perusahaan  yang likuid  dan solvable
·         Perusahaan yang solvabel  tetapi ilikuid
·         Perusahaan  yang insolvabel  dan ilikuid
Tingkat   solvabilitas  diukur  dengan beberapa   rasio,  yaitu :
a.       Total Debt to Equity Ratio
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya
Rumus:
Total Debt to EquityRatio=(Total Hutang/Ekuitas Pemegang Saham)x 100%
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui :
1.      Total hutang
Tahun 2012 Rp. 285.723.415.584
Tahun 2011 Rp. 290.112.950.408
Tahun 2010 Rp. 385.899.875.854
2.      Ekuitas pemegang saham Rp. 98.084.373.200
Jawaban :
-          Total debt to equity ratio 2012= (Rp 285.723.415.584 /Rp 98.084.373.200)*100%
                                                =  2,91%
-          Total debt to equity ratio 2011= (Rp 290.112.950.408 /Rp98.084.373.200)*100%
                                                =  2,96%
-          Total debt to equity ratio 2010 = (Rp385.899.875.854 /Rp 98.084.373.200)*100%
                                                 = 3,93%
Analisis :  total hutang modal mengalami penurunan ditiap tahunnya, dari tahun 2010 sebesar 3,93% tahun 2012 2,96% dan tahun 2012 sebesar 2,91%. Yang artinya semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.

b.      Total Debt  to Asset  Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.

Rumus :Total Debt  to Asset  Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui :
1.      Total hutang
Tahun 2012 Rp. 285.723.415.584
Tahun 2011 Rp. 290.112.950.408
Tahun 2010 Rp. 385.899.875.854
2.      Total aktiva
Tahun 2012 Rp. 336.895.934.853
Tahun 2011 Rp. 307.753.008.849
Tahun 2010 Rp. 510.959.922.868
Jawaban :
1.      Total debt to asset ratio 2012 =
(Rp285.723.415.584  /Rp 336.895.934.853)x100%   = 0,85%
2.      Total debt to aseet ratio 2011 =
(Rp 290.112.950.408 / Rp 307.753.008.849) x 100% = 0,94%
3.      Total debt to asset ratio 2010 =
(Rp 385.899.875.854 / Rp 510.959.922.868) x 100% = 0,76%
Analisis : Rasio utang terhadap total asset mengalami kenaikan di tahun 2010 ke tahun 2011 dari 0,76% menjadi 0,94% yang artinya apabila rasio ini semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan ini semakin besar, total hutang semakin besar berarti rasio finansial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya apabila rasio ini semakin kecil maka utang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil atau semakin sedikit, dan ini berarti resiko finansial perusahaan mengembalikan pinjaman atau utang-utangnya semakin kecil atau sedikit, yaitu yang terjadi pada tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan sebesar 0,94% menjadi lebih kecil 0,85%.

3. Rasio  Rentabilitas
Rentabilitas  suatu  perusahaan  menunjukkan   perbandingan antara  laba  dengan aktiva   atau modal  yang menghasilkan  laba tersebut. Dengan kata  lain rentabilitas  adalah  kemampuan  suatu perusahaan  untuk menghasilkan laba  selama  periode  tertentu (Bambang Riyanto, 1997, hal 35).
Adapun  cara penilaian  Rentabilitas  adalah :
a.       Gross Provit Margin (Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rumus : GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%    
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui :
1.                Laba kotor :
Tahun 2012 Rp. 171.202.175.023
Tahun 2011 Rp. 143.350.743.376
2.                Penjualan bersih :
Tahun 2012 Rp. 879.844.583.283
Tahun 2011 Rp. 702.359.673.025
Jawaban :
-          GPM tahun 2012 = (Rp 171.202.175.023 / Rp 879.844.583.283) x 100%
                = 0,19%
-          GPM tahun 2011 =  (Rp 143.350.743.376 / Rp 702.359.673.025) x 100%
                                                    = 0,20%

Analisis : margin laba mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012. Pada tahun 2011 margin laba kotor sebesar 0,20% sedangkan untuk tahun 2012 sebesar 0,19% yang artinya perusahaan tidak menghasilkan laba usaha yang tinggi, karena analisis ini untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan laba operasi. Gross profit margin ini semakin tinggi hasil yang didapat maka akan semakin baik hasilnya, baik dengan menggunakan data eksternal maupun dengan data internal.


Menurut Riyanto ( 1997: 36) Rentabilitas dibedakan menjadi dua, yaituRentabilitas ekonomi dan Rentabilitas modal sendiri.

1)      Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan labatersebut dan dinyatakan dalam prosentase (Riyanto, 1997: 36). Oleh karena pengertian Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka Rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruhmodal yang bekerja didalamnya dalam menghasilkan laba.

Rentabilitas ekonomi = (Laba Usahal(SHU)/Total Aktiva) x 100%
Hasil dari data laporan keuangan :
1.         2012  = (Rp 33.532.460.828 / Rp336.895.934.853) x 100% = 0,09%
2.         2011 = (Rp -108.027.740.399 / Rp307.753.008.849) x 100%  = -0,35%
Analisis : Margin laba bersih perusahaan mengalami peningkatan, karena pada tahun 2011 perusahaan mengalami kerugian sebesar -0,35%, sedangkan pada tahun 2012 perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar 0,09%. Karena rasio ini mempunyai arti penting dalam perusahaan, maka perlu diusahakan agar rentabilitas meningkat disetiap tahunnya.

Menurut Riyanto (1997: 37) tinggi rendahnya Rentabilitasdipengaruhi oleh dua faktor:
a.       Profit margin
Adalah perbandingan antara laba usaha dengan penjualan usaha yang dinyatakan dalam persentase.
Profit Margin = (Laba Usaha/PenjualanUsaha) x 100%
1.      Pada tahun 2012, = ( Rp 33.532.460.828 / 879.844.583.283) x 100%
= 0,038%
2.      Pada tahun 2011, =(Rp -108.027.740.399 /702.359.673.025) x 100%
                             = -0,154%

Analisis : Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. margin laba mengalami kenaikan karena pada tahun 2011 perusahaan mengalami kerugian sebesar -0,154%, sedangkan pada tahun 2012 perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar 0,038%.

b.      Turnover of Operating Asset
( tingkat perputaran aktiva usaha)Adalah kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu periodetertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha.
Turnover of Operating Asset = (PenjualanBersih/ModalUsaha) x 100%
1.    Pada tahun 2012 = (879.844.583.283/98.084.373.200)x100%
    =8,97%
2.    Pada tahun 2011 = (702.359.673.025/98.084.373.200)x100%
    = 7,16%





Analisis : Operating asset turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaranoperating asset dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran keduanya ini menentukan tinggi rendahnya earning power. Pada tahun 2011 7,16% dan meningkat ditahun 2012 yaitu 8,97% Oleh karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau operating asset turnover maka akan mengakibatkan naiknya earning power.

2)      Rentabilitas modal sendiri
Rentabilitas modal sendiri atau sering dinamakan Rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan labatersebut di lain pihak. Dengan kata lain, rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 1997: 44)
Rentabilitas Modal sendiri = (Laba Usaha(SHU)/Modal Sendiri) x 100%
1.      Pada tahun 2012 = (Rp  33.532.460.828 / Rp98.084.373.200) x 100%
                                       = 0,34%
2.      Pada tahun 2011 : (Rp -108.027.740.399 / Rp 98.084.373.200) x 100%
                                      = - 1,10%
 











Analisis : Maka dari itu perusahaan mengalami kenaikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 karena pada tahun 2011 perusahaan mengalami kerugian sebesar -1,10%, sedangkan pada tahun 2012 perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar 0,34%.
Faktor- faktor penentu tinggi rendahnya rentabilitas modal sendiri adalah:

  1. Rentabilitas Ekonomi : Tingkat rentabilitas ekonomi dapat mempengaruhi rentabilitas modal sendiri. Dalam hal ini dapat dilihat pada unsur yang berhubungan dengan rentabilitas modal sendiri. Menurut Riyanto (1997: 36),Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba dengan modalsendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan labatersebut dan dinyatakan dalam persentase. Maka, jelas rentabilitas ekonomi mempunyai hubungan erat dengan rentabilitas modal sendiri mengingat besar kecilnya keuntungan atau laba menjadi hak para pemilik modal.
  2. Tingkat bunga modal pinjaman : Laba yang diperhitungkan didalam menghitung rentabilitas modalsendiri adalah laba bersih, yaitu laba kotor setelah dikurangi bunga modal pinjaman dan pajak perseroan. Semakin tinggi tingkat bunga modal pinjaman yang harus dibayar, berarti akan memeperkecil laba yangmenjadi bagian pemilik modal sendiri.
  3. Tingkat pajak pendapatan : Penghasilan kena pajak dihitung dengan mengurangi semua biaya, termasuk penyusutan dan bunga dari pendapatan kotornya. Semakin tinggitingkat pajak yang ditentukan pemerintah, maka akan memperkecil labayang menjadi hak bagi pemilik dan sebaliknya. Hal ini menyebabkan rentabilitas modal sendiri terpengaruh