Analisis Laporan Keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk.
A. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Para Ahli
Menurut Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan
Keuangan (2002:63), Laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi
informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain,
seperti industri, kondisi ekonomi, bisa
memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan.
Laporan Keuangan menurut Soemarso (2006:430), adalah hubungan antara suatu angka
dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyain makna atau dapat
menjelaskan arah perubahan atau trend suatu fenomena
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan
(2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan
dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan
adalah “laporan yang
menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik
ekonominya”. (IAI, 202 : par 47)
B.
Tujuan
Laporan keuangan
Tujuan
laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan. Dalam standar akuntansi keuangan (SAK)
tujuan laporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
PERHITUNGAN ANALISIS RASIO KEUANGAN
1.
Rasio
Likuiditas
Adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal 31).
Rasio likuiditas terdiri dari :
a.
Current Ratio
Current Ratio adalah
perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar.
Rumus : Current ratio =
(Aktiva Lancar / hutang lancar)
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk:
Diketahui
:
1.
Aktiva Lancar :
Tahun
2012 Rp. 322.710.371.097
Tahun 2011 Rp. 257.910.035.897
Tahun 2010 Rp. 427.231.902.296
2.
Hutang Lancar :
Tahun 2012 Rp. 280.222.121.988
Tahun 2011 Rp. 286.153.567.719
Tahun 2010 Rp. 373.013.740.745
Jawaban :
-
Current ratio tahun
2012 = (Rp 322.710.371.097 / Rp
280.222.121.988)
=
1,152
-
Current ratio tahun
2011 =
(Rp 257.910.035.897 / Rp 286.153.567.719)
=
0,901
-
Current ratio tahun
2010 =
(Rp 427.231.902.296 / Rp 373.013.740.745)
= 1,145
Analisis :
perbandingan ratio lancar diatas menunjukan bahwa pada tahun 2010 sebesar 1,145, tahun 2011
mengalami penurunan sebesar 0,901 dan pada tahun 2012 menunjukan peningkatan
sebesar 1,152. Dengan adanya kenaikan pada tahun 2012 ratio lancar tersebut adalah aktiva yang
paling likuid karena pada tahun 2012 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang jangka pendek dengan aktiva lancar yang dapat segera diuangkan. Pada cash ratio tidak
terdapat standar likuiditas sehingga penilaiannya tergantung pada kebijakan
manajemen.
b.
Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Quick ratio merupakan
rasio antara aktiva lancar sesudah
dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini
menunjukkan besarnya alat likuid yang paling
cepat bisa digunakan untuk melunasi hutang
lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang
paling tidak lancar, sebab untuk menjadi
uang tunai (kas) memerlukan dua langkah
yakni menjadi piutang terlebih dulu sebelum menjadi
kas.
Rumus : Quick Ratio = ((Aktiva
Lancar – Persediaan) / Hutang lancar))
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui
:
1.
Aktiva Lancar :
Tahun
2012 Rp. 322.710.371.097
Tahun 2011 Rp. 257.910.035.897
Tahun 2010 Rp. 427.231.902.296
2.
Persediaan :
Tahun
2012 Rp. 106.518.640.539
Tahun 2011 Rp. 109.667.686.957
Tahun 2010 Rp. 247.195.696.951
3. Hutang
Lancar :
Tahun 2012 Rp. 280.222.121.988
Tahun 2011 Rp. 286.153.567.719
Tahun 2010 Rp. 373.013.740.745
Jawaban :
-
Quick ratio tahun 2012
= (Rp 322.710.371.097 –
Rp 106.518.640.539 / Rp 280.222.121.988) = 0,772
-
Quick ratio tahun 2011
= (Rp 257.910.035.897 – Rp 109.667.686.957 / Rp
286.153.567.719) = 0,518
-
Quickt ratio tahun
2010
= (Rp 427.231.902.296 – Rp 247.195.696.951 / Rp
373.013.740.745)= 0,483
Analisis :
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa mengendalikan
persediaan. Untuk 2010 sebesar 0,483, 2011 sebesar 0,518, 2012 sebesar 0,772.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan setiap tahunnya dapat
melunasi hutangnya dengan cepat. Karena pada rasio ini
perusahaan menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa
digunakan untuk melunasi hutang lancar.
c. Rasio
Perputaran Piutang
Piutang yang
dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume
penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan
barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi
dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
RUMUS: Perputaran Piutang = (Penjualan / piutang usaha)
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui
:
1.
Penjualan
:
Tahun 2012 Rp. 879.844.583.283
Tahun
2011 Rp. 702.359.673.025
2.
Piutang usaha
Tahun
2012 Rp. 195.278.877.285
Tahun
2011 Rp. 124.065.944.650
Jawaban
:
-
Perputaran
piutang 2012 = (879.844.583.283 / 195.278.877.285)
= 4,51
kali
-
Perputaran piutang 2011
= (702.359.673.025 / 124.065.944.650)
= 5,66
kali
Analisis : Pada analisis
ini tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam
syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit juga akan
mempengaruhi tingkat perputaran piutang dimana tingkat perputaran piutang
menggambarkan beberapa kali modal tertanam dalam piutang berputar dalam satu
tahun. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan
secara efisien. Diperusahaan ini perputaran
piutang menurun pada tahun 2012 sebesar 4,51 kali dan pada tahun 2011 sebesar
5,66 kali yang artinya pada tahun 2012 perusahaan
tidak dapat menggunakan modalmya secara efisien.
2. Ratio
Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya apabila
sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan
(Bambang Riyanto, 1995, hal 32). Suatu perusahaan yang solvable belum
tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable belum tentu
likuid.
Dalam
hubungan antara likuiditas dan solvabilitas ada
empat kemungkinan yang dapat dialami oleh
perusahaan yaitu :
·
Perusahaan yang likuid tetapi
insolvable
·
Perusahaan yang likuid
dan solvable
·
Perusahaan yang solvabel
tetapi ilikuid
·
Perusahaan yang
insolvabel dan ilikuid
Tingkat
solvabilitas diukur dengan beberapa rasio, yaitu
:
a.
Total Debt to Equity Ratio
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya
Rumus:
Total Debt to EquityRatio=(Total
Hutang/Ekuitas Pemegang Saham)x 100%
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui :
1. Total hutang
Tahun
2012 Rp. 285.723.415.584
Tahun
2011 Rp. 290.112.950.408
Tahun 2010 Rp. 385.899.875.854
2.
Ekuitas pemegang saham Rp. 98.084.373.200
Jawaban :
-
Total
debt to equity ratio 2012= (Rp 285.723.415.584 /Rp 98.084.373.200)*100%
=
2,91%
-
Total debt to equity
ratio 2011= (Rp 290.112.950.408 /Rp98.084.373.200)*100%
=
2,96%
-
Total debt to equity
ratio 2010 = (Rp385.899.875.854 /Rp 98.084.373.200)*100%
= 3,93%
Analisis : total hutang modal mengalami penurunan ditiap tahunnya, dari tahun
2010 sebesar 3,93% tahun 2012 2,96% dan tahun 2012 sebesar 2,91%.
Yang artinya semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk
keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah
hutang atau minimal sama.
b. Total
Debt to Asset Ratio
Rasio ini
merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan
jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari
keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Rumus :Total Debt to
Asset Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%
Hasil dari
data laporan keuangan PT. Kokoh Inti
Arebama,Tbk :
Diketahui :
1. Total hutang
Tahun
2012 Rp. 285.723.415.584
Tahun
2011 Rp. 290.112.950.408
Tahun 2010 Rp. 385.899.875.854
2.
Total
aktiva
Tahun 2012 Rp. 336.895.934.853
Tahun
2011 Rp. 307.753.008.849
Tahun
2010 Rp. 510.959.922.868
Jawaban :
1.
Total debt
to asset ratio 2012 =
(Rp285.723.415.584 /Rp 336.895.934.853)x100% = 0,85%
2. Total
debt to aseet ratio 2011 =
(Rp 290.112.950.408 / Rp
307.753.008.849) x 100% = 0,94%
3. Total
debt to asset ratio 2010 =
(Rp 385.899.875.854 / Rp
510.959.922.868) x 100% = 0,76%
Analisis :
Rasio utang terhadap total asset mengalami kenaikan di
tahun 2010 ke tahun 2011 dari 0,76% menjadi
0,94% yang artinya apabila rasio ini semakin tinggi, sementara proporsi total
aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan ini semakin besar,
total hutang semakin besar berarti rasio finansial atau rasio kegagalan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya apabila
rasio ini semakin kecil maka utang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin
kecil atau semakin sedikit, dan ini berarti resiko finansial perusahaan
mengembalikan pinjaman atau utang-utangnya semakin kecil atau sedikit, yaitu
yang terjadi pada tahun 2011 ke 2012
mengalami penurunan sebesar 0,94% menjadi lebih kecil 0,85%.
3.
Rasio Rentabilitas
Rentabilitas
suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara
laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu (Bambang Riyanto, 1997, hal 35).
Adapun cara penilaian
Rentabilitas adalah :
a.
Gross Provit Margin (Margin Laba
Kotor)
Merupakan
perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan
dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai
dari jumlah penjualan.
Rumus : GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x
100%
Hasil dari data laporan keuangan PT. Kokoh Inti Arebama,Tbk :
Diketahui
:
1.
Laba kotor :
Tahun 2012 Rp. 171.202.175.023
Tahun 2011 Rp. 143.350.743.376
2.
Penjualan
bersih :
Tahun 2012 Rp. 879.844.583.283
Tahun
2011 Rp. 702.359.673.025
Jawaban
:
-
GPM tahun 2012 = (Rp 171.202.175.023
/ Rp 879.844.583.283) x 100%
= 0,19%
-
GPM tahun 2011 = (Rp 143.350.743.376
/ Rp 702.359.673.025) x 100%
= 0,20%
Analisis : margin laba mengalami penurunan dari tahun 2011 ke
tahun 2012. Pada tahun 2011 margin laba kotor sebesar 0,20% sedangkan untuk
tahun 2012 sebesar 0,19% yang artinya perusahaan tidak menghasilkan laba usaha
yang tinggi, karena analisis ini untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan laba operasi. Gross profit margin ini semakin tinggi
hasil yang didapat maka akan semakin baik hasilnya, baik dengan menggunakan
data eksternal maupun dengan data internal.
Menurut
Riyanto ( 1997: 36) Rentabilitas dibedakan menjadi dua, yaituRentabilitas
ekonomi dan Rentabilitas modal sendiri.
1) Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas ekonomi adalah
perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang
dipergunakan untuk menghasilkan labatersebut dan dinyatakan dalam prosentase
(Riyanto, 1997: 36). Oleh karena pengertian Rentabilitas sering digunakan
untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, maka
Rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu
perusahaan dengan seluruhmodal yang bekerja didalamnya dalam menghasilkan laba.
Rentabilitas ekonomi = (Laba Usahal(SHU)/Total Aktiva) x 100%
Hasil dari
data laporan keuangan :
1.
2012 = (Rp 33.532.460.828
/
Rp336.895.934.853) x 100%
= 0,09%
2.
2011 = (Rp -108.027.740.399 / Rp307.753.008.849)
x 100% = -0,35%
Analisis : Margin laba bersih perusahaan
mengalami peningkatan, karena pada tahun 2011 perusahaan mengalami kerugian
sebesar -0,35%, sedangkan pada tahun 2012 perusahaan mendapatkan keuntungan
sebesar 0,09%. Karena rasio ini mempunyai arti penting dalam perusahaan,
maka perlu diusahakan agar rentabilitas meningkat disetiap tahunnya.
Menurut Riyanto (1997: 37) tinggi
rendahnya Rentabilitasdipengaruhi oleh dua faktor:
a.
Profit margin
Adalah
perbandingan antara laba usaha dengan penjualan usaha yang dinyatakan dalam
persentase.
Profit
Margin = (Laba Usaha/PenjualanUsaha) x 100%
1.
Pada tahun 2012, = ( Rp
33.532.460.828 / 879.844.583.283) x 100%
= 0,038%
2. Pada tahun
2011, =(Rp -108.027.740.399 /702.359.673.025) x
100%
= -0,154%
Analisis : Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan
dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan
penjualan. margin laba mengalami
kenaikan karena pada tahun 2011 perusahaan mengalami kerugian
sebesar -0,154%, sedangkan pada tahun 2012 perusahaan mendapatkan keuntungan
sebesar 0,038%.
b. Turnover of Operating Asset
( tingkat perputaran
aktiva usaha)Adalah kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu
periodetertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan
bersih dengan modal usaha.
Turnover of Operating
Asset = (PenjualanBersih/ModalUsaha) x 100%
1.
Pada tahun 2012 = (879.844.583.283/98.084.373.200)x100%
=8,97%
2.
Pada tahun 2011 = (702.359.673.025/98.084.373.200)x100%
= 7,16%
Analisis : Operating asset turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan
dengan melihat pada kecepatan perputaranoperating asset dalam suatu periode
tertentu. Hasil akhir dari percampuran keduanya ini menentukan tinggi rendahnya
earning power. Pada tahun 2011 7,16% dan meningkat ditahun 2012 yaitu
8,97% Oleh karena itu
makin tinggi tingkat profit margin atau operating asset turnover maka akan mengakibatkan naiknya earning
power.
2) Rentabilitas modal sendiri
Rentabilitas modal sendiri atau
sering dinamakan Rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang
tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri
yang menghasilkan labatersebut di lain pihak. Dengan kata lain, rentabilitas modal
sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan keuntungan (Riyanto, 1997: 44)
Rentabilitas Modal sendiri = (Laba Usaha(SHU)/Modal Sendiri) x 100%
1.
Pada tahun 2012 = (Rp 33.532.460.828 / Rp98.084.373.200) x 100%
= 0,34%
2.
Pada tahun 2011 : (Rp
-108.027.740.399 / Rp 98.084.373.200) x 100%
= - 1,10%
Analisis :
Maka dari
itu perusahaan mengalami kenaikan dari tahun 2011
ke tahun 2012 karena pada tahun 2011 perusahaan mengalami kerugian sebesar
-1,10%, sedangkan pada tahun 2012 perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar
0,34%.
Faktor- faktor penentu tinggi rendahnya rentabilitas modal sendiri
adalah:
- Rentabilitas Ekonomi : Tingkat rentabilitas ekonomi
dapat mempengaruhi rentabilitas modal sendiri. Dalam hal ini dapat dilihat
pada unsur yang berhubungan dengan rentabilitas modal sendiri. Menurut
Riyanto (1997: 36),Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba
dengan modalsendiri dan modal pinjaman yang dipergunakan untuk
menghasilkan labatersebut dan dinyatakan dalam persentase. Maka, jelas
rentabilitas ekonomi mempunyai hubungan erat dengan rentabilitas modal
sendiri mengingat besar kecilnya keuntungan atau laba menjadi hak para
pemilik modal.
- Tingkat bunga modal pinjaman : Laba yang diperhitungkan didalam
menghitung rentabilitas modalsendiri adalah laba bersih, yaitu laba kotor
setelah dikurangi bunga modal pinjaman dan pajak perseroan. Semakin
tinggi tingkat bunga modal pinjaman yang harus dibayar, berarti akan
memeperkecil laba yangmenjadi bagian pemilik modal sendiri.
- Tingkat pajak pendapatan : Penghasilan kena pajak dihitung
dengan mengurangi semua biaya, termasuk penyusutan dan bunga dari
pendapatan kotornya. Semakin tinggitingkat pajak yang ditentukan
pemerintah, maka akan memperkecil labayang menjadi hak bagi pemilik dan
sebaliknya. Hal ini menyebabkan rentabilitas modal sendiri terpengaruh